LAHIR BARU SEBAGAI KOMUNITAS PERJUANGAN
YANG MERAWAT BUMI SUMBER KEHIDUPAN
Saudara-saudari, rekan-rekan imam, biarawan-biarawati dan umat sekalian yang terkasih !
Salam dan damai sejahtera Allah senantiasa beserta kita.
Perayaan Adven dan Natal tahun 2022 di Keuskupan Maumere diwarnai dengan suasana yang khas. Di tahun ini, Keuskupan yang dibentuk pada 14 Desember 2005 sedang merayakan ulang tahun kelahirannya ke-17. Suatu usia yang manis, sweet seventeen. Selain itu, keuskupan ini juga baru saja menyelesaikan satu pagelaran akbar yakni Sinode II Keuskupan, yang dilaksanakan mulai dari tingkat Komunitas Basis (KBG). Tercatat ada 638 komunitas dari 835 KBG (76,41 %) yang melaksanakan sinode di seluruh keuskupan ini. Situasi khas juga dilatarbelakangi oleh situasi gereja regional dan universal.
Dalam skala regional/benua, tahun 2022 ditandai dengan perayaan ulang tahun ke-50 Federasi para uskup se-Asia (FABC), sedangkan dalam skala universal tahun 2022 juga ditandai dengan perayaan ulang tahun ke-60, pembukaan Konsili Vatikan II (1962) serta pegelaran Sinode Para Uskup Se-Dunia. Selain itu ada juga pelaksanaan tahun ke-2 dari tujuh aksi Laudato Si’ yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus. Dalam latar belakang situasi seperti itulah perayaan Adven dan Natal tahun ini dilaksanakan. Dalam rangka persiapan Natal kali ini Tim Kateketik Keuskupan Maumere telah merancang dan melaksanakan Katekese Adven 2022 dengan tema“Menantikan Kelahiran dalam Semangat Ekologis”.
Tema besar didalami dalam beberapa sub-tema, yakni Keluarga Sebagai Dasar Pendidikan Ekologis; Sekolah, Merawat Kehidupan, danBerjalan Bersama Merawat Lingkungan. Ke-tiga sub tema ini dikategorikan dalam tiga ruang lingkup besar dimana nilai-nilai kehidupan ditanam dan dikembangkan yakni dalam keluarga, di sekolah dan di tengah kehidupan masyarakat. Semoga kita sedang dan akan berkatekese sebagai bentuk tanggungjawab kita sebagai anggota Gereja di komunitas kita masing-masing baik di KBG, sekolah maupun komunitas kategorial lainnya.
Saudara-saudari, yang terkasih !
Kita baru saja melaksanakan kegiatan sinode II Keuskupan Maumere. Proficiat dan terima kasih berlimpah bagi semua umat yang telah terlibat dalam proses Sinode ini. Kini kita menyiapkan diri menyambut hari raya kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, sang gembala utama. Berkenaan dengan perayaan Natal tahun 2022 ini, saya ingin meminta perhatian kita untuk memaknai kelahiran Yesus Kristus sebagai kekuatan dalam membangun komunitas perjuangan yang merawat kehidupan. Ensiklik Paus Fransiskus Laudato Si’ menjadi inspirasi bagi kita untuk menjadikan Bumi sebagai rumah bersama.
Penekanan akan komunitas perjuangan yang merawat kehidupan, merawat bumi sebagai rumah bersama karena Allah telah lebih dahulu mencintai dan merawat kehidupan manusia melalui kelahiran Yesus Kristus.
NATAL: SUKACITA KELAHIRAN SANG PEMBEBAS SEJATI
Saudara-saudari, yang terkasih !
Natal adalah perayaan sukacita sejauh kita membuka hati untuk kelahiran Yesus Kristus. Natal yang hanya dilihat sebagai perayaan tahunan membuatnya jatuh dalam kesenangan duniawi. Dalam kesenangan duniawi, perayaan natal lebih berfokus pada keinginan diri sendiri dan bukannya pada Yesus Kristus. Akibatnya, natal kehilangan sukacita rohaninya yakni momen bagi kita untuk menerima Yesus yang datang demi membebaskan dan membaharui hidup kita. Natal tanpa Yesus Kritus tidak akan mendatangkan sukacita sejati.
Sebagai perayaan sukacita, kelahiran Kristus menandakan bahwa Allah peduli dan solider dengan keadaan manusia terutama yang tertindas dan terbelenggu, sebagaimana dicatat dalam Kitab Keluaran: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh-sungguh kesengsaraan umatKu… Aku mendengar seruan mereka. Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka” (Kel 3:7-8). Allah mendengarkan seruan pilu umat manusia dan datang membebaskan manusia dari belenggu ketidakadilan, penindasan dan kemiskinan. Nabi Yesaya jauh-jauh hari sudah merefleksikan kuasa Allah yang membebaskan. “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; terang telah bersinar atas mereka yang diam di negeri kekelaman… Sebab, kuk yang menekan bangsa itu dan gadar diatas bahunya serta tongkat si penindas telah Kupatahkan seperti pada hari kekalahan Midian (Yes 9:1-3).
Dan apa yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya itu terpenuhi secara sempurna dalam kelahiran Yesus Kristus, sang Sabda yang menjelma. “Firman telah menjadi manusia dan diam di antara kita dan kita telah melihat kemulianNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih dan kebenaran” (Yoh 1:14).
Peristiwa inkarnasi, Sabda menjadi manusia, lahir dari Santa Perawan Maria oleh Kuasa Roh Kudus di kandang hina Betlehem adalah ungkapan kasih dan solidaritas Allah yang membebaskan. Allah sudi menjadi manusia lemah sama seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa (Ibr 4:15) untuk menyelamatkan umat manusia dari perbudakan dosa dan maut.
NATAL: CAHAYA PENUNTUN SINODALITAS
Saudara-saudari, sekalian yang terkasih !
Gema sinodalitas, telah digaungkan sejak pencanangan sinode para uskup sedunia dan terus merasuk masuk dalam hati umat beriman. Kita semua dipanggil untuk berjalan bersama sebagai komunitas perjuangan yang senantiasa merawat kehidupan. Dalam proses sinode II Keuskupan Maumere, kita sungguh merasakan suasana jalan bersama mulai dari komunitas basis, lingkungan, stasi, paroki dan keuskupan. Kita menemukan sejumlah potret buram Keuskupan kita yang tergambar dalam beberapa masalah antara lain lemahnya mutu pelayan pastoral; lemahnya penanaman nilai-nilai kristiani dalam keluarga, dan masih banyak terjadinya kekerasan dalam rumah tangga; banyak warga masih miskin, dan belum adanya perhatian kepada para perantau; kesadaran politis warga masih lemah, serta masih terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) di wilayah kita; lemahnya solidaritas sosial; masih adanya pesta pora, dan penyalahgunaan media sosial; lemahnya koordinasi pastoral dan rapuhnya eksistensi Yayasan dan lembaga pendidikan milik Keuskupan Maumere. Tentu saja, sinode Keuskupan Maumere sebagai komunitas perjuangan yang merawat kehidupan juga berhadapan dengan masalah seputar lingkungan hidup antara lain polusi dan perubahan iklim, sampah berserakan, kurangnya ketersediaan air bersih, hilangnya keanekaragaman hayati, dan penurunan kualitas hidup.
Berhadapan dengan kenyataan ini, dalam cahaya kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus kita terus berjuang dalam semangat kebersamaan untuk mengatasinya. Kita dipanggil untuk mencari kehendak Tuhan di tengah realitas dunia. Kelahiran Yesus adalah tanda solidaritas Allah yang membebaskan, yang meneguhkan kita untuk terus mewartakan kabar baik tentang Allah yang peduli dan solider terhadap keadaan manusia yang tertindas dan terbelenggu.
NATAL: MENGAMBIL JALAN LAIN UNTUK MERAWAT KEHIDUPAN
Saudara-saudari, yang terkasih !
Natal sebagai perayaan sukacita yang sejati dapat kita hayati melalui perjalanan orang-orang majus. Orang-orang majus harus memulai sebuah perjalanan panjang secara bersama-sama sebelum akhirnya menemukan sukacita dalam perjumpaan yang istimewa dengan Kristus, Sang Sabda yang menjadi manusia. Dalam kebersamaan, orang-orang majus dapat melewati berbagai macam tantangan dan hambatan hingga akhirnya berjumpa dengan pribadi Yesus Kristus. Dan perjumpaan dengan Yesus selain melahirkan sukacita yang mendalam juga menuntun mereka untuk menempuh jalan baru, jalan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam sukacita natal, kita semua dipanggil untuk menghidupi semangat komunitas perjuangan yang merawat kehidupan. Orang-orang majus mengajarkan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah kekuatan bagi setiap orang beriman untuk menemukan sukacita sejati dalam hidupnya. Dengan kelahiran Yesus Kritus, setiap orang dikuatkan untuk melakukan perjalanan batin masing-masing hingga sampai pada kedewasan spiritual. Perjalanan batin adalah momen bagi kita untuk bergerak keluar dari zona nyaman. Kita bergerak untuk terus melakukan transformasi atas kebiasaan dan nilai-nilai hidup kita yang lama yang kurang merawat kehidupan kepada kebiasaan dan nilai-nilai hidup yang baru yang terarah pada perawatan akan kehidupan. Kita tidak bergerak secara egoistik untuk memamerkan kemampuan kita, tetapi kelahiran Kristus menguatkan kita untuk berjalan sebagai communio karya ciptaan Allah.
Sukacita natal menawarkan kesempatan kepada komunitas perjuangan untuk melakukan perubahan atau transformasi diri secara lebih baik dan mendalam tanpa kehilangan sifat khas dan unik dari masing-masing komunitas. Dalam konteks ini, jalan lain untuk merawat kehidupan adalah perwujudan dari transformasi diri. Seperti para majus yang mengambil jalan lain setelah bertemu dengan Kristus, komunitas perjuangan pun perlu menempuh jalan lain sebagai pola pendekatan yang kreatif dalam menghadapi berbagai masalah di Keuskupan kita.
Akan tetapi, jalan-jalan baru, pendekatan-pendekatan baru serta kata-kata yang bermakna baru yang sangat diperlukan dalam merawat kehidupan tidak boleh dilihat sebagai usaha heroik dari pihak manusia, tetapi mesti dilihat sebagai karya Allah atas hidup kita. Dalam konteks ini, pengalaman akan kelahiran Kristus yang membawa komunias perjuangan untuk mengalami ‘kebaruan’ dalam merawat kehidupan, kebaruan dalam kebiasaan dan nilai-nilai kehidupan.
NATAL : KELAHIRAN BARU DALAM SEMANGAT EKOLOGIS
Saudara-saudari, yang terkasih !
Melalui Ensiklik Laudato Si‘, Paus Fransiskus mengajak semua orang yang berkehendak baik untuk menjaga bumi, yang merupakan rumah bersama. Untuk waktu yang lama hingga kini, rumah yang menampung kita ini menderita sebagai akibat dari luka yang kita sebabkan oleh sikap predator kita, yang membuat kita merasa bahwa kita adalah penguasa planet ini dan sumber dayanya, dan memberikan wewenang kepada kita untuk menggunakan barang-barang tersebut secara tidak bertanggung jawab. Tuhan telah mempersembahkannya kepada kita. Saat ini, luka-luka ini menampakkan diri secara dramatis dalam krisis ekologi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mempengaruhi tanah, udara, air dan secara umum, ekosistem tempat manusia hidup.
Globalisasi telah membuka ruang yang sangat terbuka untuk terjadinya interaksi antara nilai budaya dan agama. Perkembangan informasi dan teknologi yang tidak bisa dibendung, dengan media massa yang sangat beragam di samping kesibukan para orang tua, merupakan lingkungan dimana anak sebagai generasi baru kini hidup dan berkembang. Pesatnya kemajuan IPTEK serta intensitasnya komunikasi dengan jaringan alat komunikasi, memberikan kemudahan dan hasil positif bagi kemajuan. Di sisi lain juga memberikan dampak negatif berupa timbulnya masalah sosial yang kian meningkat dan kurangnya sikap saling menghargai antar manusia.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama, dalam membentuk jati diri para generasi muda memiliki tanggungjawab yang sungguh besar. Anak sebagai generasi penerus harus memiliki jati diri masyarakat dan bangsanya. Perwarisan nilai-nilai budaya dan ekologis sangat mungkin dilakukan di dalam keluarga. Pendidikan dalam keluarga yang tepat dan benar, merupakan modal dasar bagi perkembangan kepribadian anak saat ini. Dua tahun pertama (1000 hari pertama kehidupan) sebagai fase pembangunan fondasi struktur otak anak, serta usia tujuh tahun dimana hampir sempurna otak dibentuk juga pola asuh ramah otak, dapat menjadi momen strategis membangun karakter anak, sejak dini. Keluarga sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian yang mendasar bagi seorang anak.
Saat ini banyak keluarga yang rapuh, kurang mempunyai daya tahan, mengalami stress dan mengalami disfungsi. Hampir di seluruh dunia keluarga berubah dari keluarga luas ke keluarga inti. Struktur keluarga tradisional juga berubah. Dalam situasi seperti inilah, semangat pembaharuan mesti lahir.
Kelahiran baru sebagai semangat spiritual mestinya menjiwai keluarga-keluarga dewasa ini. Kelahiran baru bisa berarti kelahiran semangat baru dalam membaharui kehidupan termasuk nilai-nilai untuk menghargai dan merawat bumi (nilai-nilai ekologis). Berbagai nilai ekologis seperti merawat tanah, air dan udara mesti menjadi keprihatinan bersama. Secara praktis perawatan bumi ini juga telah dituangkan dalam 7 rencana Aksi Laudato Si’ yang konkretnya dituangkan dalam SUPLEMEN RENSTRA PASTORAL Keuskupan Maumere. Dengan demikian diharapkan usaha merawat bumi sudah mulai sejak dari keluarga/rumah yang kemudian meluas ke lingkungan sekolah secara formal dan pembentukan yang berkelanjutan di tengah lingkungan masyarakat. Kelahiran baru dalam semangat ekologis mengarahkan masing-masing pribadi untuk mengalami bahwa bumi sebagai rumah bersama butuh perhatian demi pemulihannya. Kelahiran baru dalam semangat natal sang Almasih mesti membawa pembaharuan diri pada masing-masing pribadi untuk mengalami sungguh Allah hadir sebagai Emanuel yang menyelamatkan bumi dan segala isinya. Selamat menjalani masa Adven, masa penantian kelahiran Sang Almasih.
Salam Damai Natal 25 Desember 2022 dan Bahagia Tahun Baru 1 Januari 2023.
Maumere, 3 Desember 2022
Pada Pesta St. Fransikus Xaverius
† Edwaldus Martinus Sedu
Uksup Keuskupan Maumere
Please wait while flipbook is loading. For more related info, FAQs and issues please refer to DearFlip WordPress Flipbook Plugin Help documentation.