PEMBEKALAN PELAYAN PASTORAL OLEH TIM KP3 KEUSKUPAN MAUMERE

Paroki St. Martinus Bola (Selasa, 14 Maret 2023)

Pembekalan yang berkelanjutan dan bersinambungan merupakan suatu tugas penting yang diemban oleh KP3 KUM. Setelah melalui beberapa kali pembekalan di beberapa paroki, pada Selasa, 14 Maret 2023 Tim KP3 kali ini terjun langsung ke Paroki St. Martinus Bola guna melakukan pembekalan bagi pelayan pastoran. Tim KP3 kali ini turun dengan tiga personil yakni, RD. Laurensius Noi, Saudara Alexander Dino dan Bapak Yohanes B. Samson. Pembekalan yang dimulai sekitar pukul 10.00 WITA ini pada mulanya bertempat di aula paroki. Akan tetapi, karena jumlah peserta yang hadir begitu banyak memenuhi dan tersebar ke luar area aula, maka dibuatlah kesepakatan bersama untuk ‘pindah locus’ (Latin: tempat) ke dalam gereja. Sungguh kejadian yang menarik memang, karena peserta yang hadir berjumlah 132 orang, yang terdiri dari para pelayan pastoral stasi, lingkungan dan KBG dengan antusias tinggi untuk mengikuti kegiatan pembekalan. Usai berpindah locus, Tim KP3 bersama umat pelayan pastoral melanjutkan kegiatan pembekalan. 

            Tim KP3 memberi pembekalan dengan rangkaian materi yang diberikan kepada umat. Materi-materi yang diberikan terdiri atas: Kerangka Dasar Pastoral Hasil Sinode II dan Tupoksi Pelayan Pastoral KBG dan Lingkungan oleh Saudara Alexander Dino, Spiritualitas Pelayanan oleh RD. Laurensius Noi, dan Wawasan tentang Gereja oleh Bapak Yohanes B. Samson.

KERANGKA DASAR PASTORAL HASIL SINODE II (Saudara Alexander Dino)

            Pokok ini secara umum menggambarkan tentang Renstra KUM dan secara khusus tentang Permberdayaan Pelayan Pastoral. Saudara Alexander Dino menjelaskan bahwasannya ada 2 (dua) strategi terkait KP3, yakni:

  1. Pemberdayaan Pelayan Pastoral yang tertabis maupun awam, khususnya pelayan pastoral di tangkat KBG, dan
  2. Pemberdayaan Komunitas Basis Gerejawi, baik basis teritorial maupun kategorial

Strategi ini memiliki tujuan agar para pelayan pastoral semakin bermutu, dan sasaran yang ingin dicapai adalah semakin banyaknya pelatihan yang berjenjang, berkesinambungan, dan bermutu bagi pelayan pastoral.

            Adapun beberapa harapan kepada Pelayan Pastoral, yakni:

  1. Pelayan Pastoral diharapkan untuk menjadi orang-orang yang mengawal visi KUM, agen perubahan, pejuang kepentingan komunitas dan mempengarah semua anggota komunitas ke arah cita-cita KUM.
  2. Peran ini bersumber pada kedekatan PP dengan Allah dan solider dengan sesama, khususnya yang menderita dan tersisihkan.
  3. Di pihak lain PP memiliki ketrampilan untuk:
    1. Mengembangkan kesadaran kritis pada anggota komunitas (proses ideologisasi),
    2. Menjalankan metodologi pastoral dalam kegiatan pastoral (mendampingi Ansos, refleksi biblis, dan Renstra)
    3. Mendampingi upaya tanggap situasi dan mengawal rancangan pastoral
    4. Mendampingi organisasi dan jejaring perubahan.
    5. Mengorganisir keahlian yang ada dalam komunitas
    6. Menggalang dana
    7. Mendampingi dan merayakan liturgi sebagai perayaan kehidupan yang memberi inspirasi untuk perjuangan hidup.

SPIRITUALITAS PELAYANAN (RD. Laurensius Noi)

            RD. Lorens membuka wawasan peserta dengan pemahaman dasar tentang apa itu spiritualitas. Berdasar pada teks Kitab Suci, beliau menjelaskan arti dan makna spiritualitas (bdk. Kej. 2:7; Yoh. 20:22; KIS. 2:3). RD. Lorens menegaskan bahwa spiritualitas itu amatlah penting dalam tugas pelayanan. Pelayanan kita hendaklah bersumber dari spirit yang satu, yakni Allah. Maka, tugas pelayan pastoral tidak akan pernah terlepas dari bimbingan spirit atau Roh Allah sendiri. Unsur-unsur yang membentuk spiritualitas itu sendiri terdiri dari: ekaristi, baca dan renungkan KS, doa dan devosi, pembaruan diri dan tobat, pengalaman akan Allah, discermen atau pembedaan roh, dan kesaksian hidup.

            Pada akhir materi yang beliau berikan, RD. Lorens, demikian sapaan manisnya menekankan tentang makna spiritualitas pelayanan itu sendiri. “Seseorang yang dipenuhi oleh Roh Kudus, ia secara pribadi atau bersama harus mengalami peristiwa Pentekosta yang tidak hanya dikisahkan dalam Kitab Suci tetapi juga di dalam diri pribadinya sebagai seorang pelayan pastoral. Seorang Pelayan Pastoral yang mengalami peristiwa Pentekosta akan bekerja dengan penuh semangat tanpa kenal lelah, gembira dalam melayani, dan berkorban untuk Tuhan dan sesama”, demikian ungkap beliau.

WAWASAN TENTANG GEREJA (Bapak Yohanes B. Samson)

Kata “Gereja” berasal dari bahasa Portugis “Igreja”. Kata “Igreja” adalah ejaan Portugis yang diambil dari kata Latin ”Ecllesia” yang berasal dari bahasa Yunani “Ekklesia” yang berarti dipanggil keluar (Ek=Keluar dan Kaleo=memanggil). Kata Yunani, Ekklesia, dalam Kitab Suci sering diartikan sebagai “Kumpulan” atau pertemuan, atau jemaat, namun bukan sembarang kumpulan melainkan kelompok atau kumpulan orang yang dipanggil secara khusus. Maka, kata “Ekklesia atau gereja dipakai sebagai kata yang berarti “Jemaat atau umat yang dipanggil secara khusus.” Gereja adalah umat yang dipanggil oleh Tuhan melalui Sakramen pembaptisan. Kata Gereja itu sendiri bisa berarti sebuah bangunan atau gedung tempat beribadah dan bisa juga berarti kumpulan atau persekutuan umat Allah.

Bapak Yohanes B. Samson menjelaskan materi tentang gereja ini dengan seksama disaksikan puluhan pasang mata para peserta. Beliau pada kesempatan berikut juga menjelaskan tentang sifat gereja (satu, kudus, katolik, dan apostolik), model gereja (persekutuan terbuka dan institusi/hierarki piramidal), serta materi tentang Panca (lima) tugas gereja, yakni Liturgia, Koinonia, Kerygma, Diakonia, dan Martyria. Penjelasan ini berguna untuk menyegarkan kembali wawasan para peserta tentang gereja itu sendiri.

TUPOKSI PELAYAN PASTORAL KBG DAN LINGKUNGAN (Saudara Alexander Dino)

            Pada bagian ini saudara Alexander Dino atau biasa disapa Lexi ini menjelaskan tentang tugas pokok dan fungsi dari para pelayan pastoral, secara khusus PP KBG dan lingkungan. Sebagai persekutuan umat pada tataran basis, seturut hasil Sinode I Keuskupan Maumere pada Oktober 2013 memberi nama : Komunitas Basis Gerejawi (KBG). KBG adalah kesatuan umat yang relatif kecil, dan mudah berkumpul secara berkala, mendengarkan firman Allah tentang berbagi masalah (pribadi,kelompok sosial), dan mencari pemecahannya  dalam terang Kitab Suci. Komunitas Basis Gerejawi tidak hanya dipahami sebagai sebuah organisasi, melainkan juga satu sistem organisme di mana satu membutuhkan yang lain sebagaimana dikatakan Rasul Paulus, ‘banyak anggota satu tubuh’ (1 Kor. 12:12).

            Dalam sebuah organisasi atau sejenisnya sudah tentu membutuhkan perangkat pelayan untuk satu tujuan dari organisasi atau komunitas tertentu. Dan dalam hubungan dengan Komunitas Basis Gerejawi, juga sangat membutuhkan perangkat kepengurusan atau pelayan untuk menghantar umat menuju komunitas yang dicita-citakan. Struktur kepengurusan Perangkat Pastoral KBG terdiri dari: ketua dan wakil, sekretaris, bendahara, bidang pewartaan, bidang pembinaan, bidang kemasyarakatan, penasehat. Masing-masing perangkat memiliki tupoksi tersendiri untuk dijalankan dengan semestinya.

Pembekalan para peserta berjalan baik dan lancar. Para peserta pun sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Pada pukul 17.00 (jam 5 sore), pembekalan ini berakhir, kemudian para peserta pun kembali dengan seberkas pemahaman tentang tugas mereka sebagai para pelayan pastoral dengan berpedoman pada visi, misi  dan RENSTRA SINODE II KUM serta semangat untuk melayani dengan sumber spirit (roh) dari Allah sendiri. (**Ito-Puspas’23)

Anda mungkin juga suka...

Artikel Populer