KHOTBAH BAPA USKUP MAUMERE TANGGAL 08 DESEMBER 2022, PENERIMAAN KAUL SUSTER SMI – HABI MAUMERE

Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu

AKU INI HAMBA TUHAN JADILAH PADAKU MENURUT PERKATAANMU; LUK.1.38

Banyak orang yang hidup tanpa cinta, dan hidup dalam ketakutan dan kegelisahan yang sangat kuat, dan akhirnya tidak menemukan sukacita dalam jalan hidupnya. Tidak sedikitpun orang yang berprestasi dan yang memiliki gelar mentereng, mengalami kekosongan dalam hidupnya, dan terjebak dalam kehampaan hidup tanpa makna, dan membiarkan dirinya hidup dalam kesepian dan kesendirian yang mencekam. Ada pula orang-orang yang kaya dan berkecukupan, tetapi tidak merasa bahagia dalam hidupnya, tidak tahu harus meletakkan harapan dan keyakinan pada kekuatan yang seperti apa lagi. Dan perayaan Maria di kandung tanpa noda, meneguhkan kita seperti Maria untuk menemukan makna hidup yang sesungguhnya dalam kasih Kristus, yang dipandang rendah dan hina dalam kelahiranNya, namun begitu kuat melimpahi hidup dunia dengan sukacita yang tidak bisa ditakar oleh kekayaan dan kekuasaan hidup manusia.

Kepada umat di Efesus, Paulus meneguhkan iman dan harapan hidup mereka, “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula untuk menjadi anak-anakNya oleh perantaraan Yesus Kristus, sesuai dengan kerelaan kehendakNya, supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia yang dikasihinNya.” Sungguh di dalam kasih, setiap orang memperoleh kekuatan baru untuk hidup dalam keyakinan dan keberanian yang kudus, untuk tetap bersukacita meski dalam penderitaan yang paling pahit sekalipun. Bunda Maria pun diteguhkan oleh cinta Allah sendiri, betapa ketakutan dan kegelisahan manusiawinya dimurnikan dan dilebur dalam lautan kerahiman ilahi, hingga Bunda Maria sanggup berkata: “Terjadilah padaku menurut perkataanMu”. Demikianpun para suster yang mengikrarkan kaul pertama dan kaul kekal pada hari ini, dikuatkan dan diteguhkan oleh cinta dan kerahiman ALLAH sendiri dalam jalan panggilan hidup membiaranya.

Saudara-saudari terkasih….

            Hari ini kita sungguh bersukacita, atas peristiwa kaul pertama dan kaul kekal para saudari terkasih kita. Banyak alasan untuk bersukacita, namun dalam peristiwa iman, sukacita kita karena belaskasih dan rahmat Tuhan sendiri, yang mau menguduskan orang-orang yang dengan setia mengandalkan Tuhan dalam setiap perkara kehidupan ini. Bila sejenak kita berjalan-jalan menyusuri paroki-paroki di wilayah Keuskupan Maumere, maka kita menemukan bentuk kehidupan yang sederhana, lugu dan bersahaja. Alam yang gersang hampir pada sebahagian wilayah kita, membuat umat kita sungguh-sungguh berjuang memenuhi kebutuhan hidup harian, anak sekolah dan juga kebutuhan bersama keluarga besar. (Pernahkah anda sekalian membayangkan, berapa kali umat kita makan nasi dalam sehari? Ketika kita menikmati makanan yang enak dengan standard kesehatannya, pernahkah kita membayangkan umat kita makan dan minum sehat atau tidak, makan dan minum bergizi atau tidak?) Umat kita yang tidak mengikrakan kaul-kaul tetapi sungguh menghayati kaul kemiskinan, kesucian dan ketaatan dalam cara hidup mereka, bahkan mereka menghayatinya dalam pengabdian dan pengurbanan yang mengagumkan. Kadang, ketika duduk bersama mereka, dan mendengarkan sharing mereka tentang keadaan kesederhanaan mereka, saya sendiri merasa diajak untuk kembali menghayatinya; untuk belajar mensyukuri kehidupan, semakin berbelarasa dalam kehidupan sosial serta membangun doa yang tulus dan penuh iman.

Saudara-saudari terkasih….

            Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Efesus, pun meneguhkan panggilan kita, karena Kristus sendirilah yang menuntun jalan orang-orang beriman. Paulus sungguh percaya, betapa dalam kehancuran kehidupan bangsa karena kekuasaan yang congkak dan agama yang memperbudak kemanusiaan, Kristus tetap menjadi model kehidupan umat Kristiani. Kekuasaan dunia dan segala pesona harta dan kedudukannya harus menjadi sarana dan bukan tujuan kehidupan itu sendiri. Inilah makna panggilan kesembilan suster yakni menjadikan dirinya kuat dan teguh dalam Kristus serta merasul di tengah dunia dalam cara hidup yang tidak mudah.

            Pada Hari Raya Maria dikandung tanpa noda ini pula, kesembilan saudari kita ini dihadiahi rahmat istimewa untuk seperti Bunda Maria, mempersembahkan hidup dalam jalan Salib Kristus sendiri; taat pada kehendak Allah, menyucikan dunia dengan doa-doanya yang suci serta menjadi orang-orang sederhana yang tulus ikhlas. Apakah kita sekalian sanggup menghayati hidup yang seperti ini? Apakah kaul kaul hanya sebatas ritual yang birokratis dan formalistik belaka, sekadar sebagai pemenuhan tahun-tahun panggilan dan selebrasi dengan koor dan dekorasi yang meriah?

            Selaras dengan panggilan Allah dalam kitab kejadian yang kita dengarkan tadi, izinkanlah saya untuk memberi penekanan pada tiga hal penting ini.

            Pertama,setiap kita dipanggil untuk sampai pada kesempurnaan hidup kristiani seperti Kristus sendiri, setia dan taat sampai pada kebangkitanNya. Bunda Maria pun mensyukuri anugerah iman, karena ia yakin pada Kristus sebagai penyelamat dunia. secara kodrati, ia melahirkan Kristus, namun secara adikodrati Ia taat pada Kristus dalam rencana kehendak Allah. Maria tetap kudus dan suci dalam air mata dan penderitaan puteraNya. Sanggupkah kita sekalian, terutama kesembilan suster menghayati misteri salib hidupmu seperti Bunda Maria? Atau jangan-jangan hanya duri kecil penderitaan membuat kita selalu menggerutu dan mengeluh, dan berseteru dalam hidup komunitas?

            Kedua, Engkau Kepunyaanku mengandung makna mendalam, betapa peristiwa kaul kekal dan kaul pertama ini adalah tanda cinta Allah untuk kita semua. Kisah umat kita yang sederhana bisa jadi contoh hidup iman yang baik, betapa kita harus menyadari jati diri kita sebagai mempelai Kristus, yang terus mempersembahkan kebajikan-kebajikan kristiani tiada henti dan tiada jemu-jemunya. Maria adalah ibu kita, bersama Dia kita harus senantiasa berdoa dan mempersembahkan dunia yang berdosa, Gereja yang berdosa dan juga bagi pertobatan orang-orang yang tidak menyesali dosa dan perbuatan lalimnya.

            Ketiga, panggilan hidup membiara harus membuat kita menjadi pribadi yang pengampun dan pengasih, dan bukannya pribadi pendendam dan pewaris keangkuhan dan kedengkian. Kaul adalah ucapan untuk bersatu dengan mempelai kita yang abadi, yakni Yesus Kristus. Baharuilah biara kita dengan gaya hidup kita menjadi tempat kediaman kasih, agar kita dapat bertolak ke tempat yang lebih dalam, untuk menemukan sukacita panggilan dalam hidup kita sebagai biarawati.

            Selamat menerima kaul sukacita ini, jadilah suster yang baik, berbelaskasih dan penuh pengampunan baik dalam hidup pribadi, hidup membiara dan hidup bermasyarakat. Semoga Bunda Maria yang tidak bernoda mendoakanmu senantiasa. Amin…

Anda mungkin juga suka...

Artikel Populer