Peringatan Hari Air Ke 30 Magepanda

AIR TANAH : Membuat yang tak terlihat menjadi terlihat

Penanaman secara simbolis oleh PJ Bupati Sikka dan Sekretaris Uskup Keuskupan Maumere

Peringatan Hari Air Sedunia ke 30 Keuskupan Maumere.

Kamis, 21 Maret 2024 di Paroki Magepanda, dalam tema “AIR TANAH; Membuat yang tak terlihat menjadi terlihat” Komisi KPKC bersama PSE-C menyelenggarakan kegiatan peringatan Hari Air Sedunia ke 30 Keuskupan Maumere. Hari Air yang biasanya diperingati setiap 22 Maret, dibuat sehari lebih awal mengingat tanggal 22 Maret jatuh pada hari Jumat yang merupakan hari puasa wajib bagi umat Katolik di Masa Pra Paskah ini. Kegiatan ini mendapat dukungan dari pemerintah yang mana pada sehari sebelumnya, Pemda Sikka melalui Komisi KPKC dan PSE-C mendistribusikan berbagai bibit pohon yang sedianya akan ditanam pada area mata air. Paroki Magepanda menjadi lokus kegiatan ini karena dalam perkembangannya, hasil panen para petani wilayah Magepanda yang biasanya tiga kali dalam setahun berkurang terus menerus bahkan hingga kini ada petani yang hanya panen sekali dalam setahun. Hal ini disebabkan karena debit air di wilayah ini mulai menurun. Mata air mulai mengecil bahkan mengering sebagai dampak dari perambahan hutan dan pengambilan air secara berlebihan untuk mengairi sawah tanpa ada upaya untuk menanam air.

Hadir dalam kegiatan ini, Bapak Uskup Keuskupan Maumere yang diwakili oleh Sekretaris, RD Donnie Migo, dan juga Penjabat Bupati Sikka Bapak Alvin Parera. Selain itu hadir pula seluruh utusan Patrikum, komunitas-komunitas Katolik, para pastor paroki bersama DPP dan Orang Muda Katolik, Para Frater, Komunitas Muslim di wilayah Magepanda, perangkat OPD terkait, PMKRI, Mapala Unipa, Frapala Ritapiret dan Forum Peduli Lingkungan yang berjumlah 178 orang. Selain itu dukungan Pastor Paroki dan Pastor Rekan serta partisipasi dari umat paroki dan Orang Muda Katolik Paroki Magepanda, serta Umat Muslim Magepanda.

Setelah mendapat sambutan hangat dari umat paroki, Penjabat Bupati Sikka Bapak Alvin Parera dan Sekretaris Uskup, RD. Donnie Migo diarahkan menuju tenda acara. Dalam sambutan pembuka, bapak PJ Bupati Sikka menegaskan beberapa hal terkait keprihatinan atas masalah lingkungan yang secara tidak langsung dapat mengakibatkan beberapa persoalan lain seperti penyakit demam berdarah, masalah stunting dan juga penyakit rabies yang mana Sikka dalam Kondisi Luar Biasa (KLB) Rabies. Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa dasar dari segala persoalan itu bersumber dari keluarga. Oleh karena itu para orang tua hendaknya menjaga lingkungan, merawat anak-anak secara baik, menjaga relasi orang tua dan anak yang merupakan seminari dasar sehingga dapat berdampak pada bagaimana relasi dengan Tuhan, relasi dengan sesama dan relasi dengan lingkungan. Di akhir sambutannya Bapak PJ Bupati Sikka berharap agar kegiatan hari ini yang dibuat mestinya tidak hanya sampai di sini tetapi berkelanjutan sehingga generasi Sikka jangan mengalami persoalan yang sama.

Penanaman secara simbolis

Setelah sambutan Bapak PJ Bupati Sikka, dilanjutkan dengan penanaman pohon secara simbolis oleh Bapak PJ Bupati Sikka dan Romo Sekretaris Uskup, RD. Donnie Migo. Selanjutnya para peserta dibagi berdasarkan titik lokasi aksi di wilayah Magepanda yang terbagi dalam 14 titik aksi yakni tempat-tempat umum seperti mesjid, sekolah-sekolah, kantor-kantor pemerintah, puskesmas, biara dan pastoran. Pada titik-titik ini para peserta membuat lubang resapan. Sedangkan para peserta lainnya diarahkan menuju mata air untuk melakukan penanaman pohon pada area mata air.

Pembuatan Lubang resapan

Ketua Panitia lokal kegiatan ini yakni Camat Magepanda, Bapak Amstrong dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas partisipasi dari semua pihak yang telah memberikan sesuatu yang terbaik untuk Magepanda. Dari Magepanda untuk Keuskupan Maumere. RD. Donnie Migo dalam sambutannya mengutip apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus bahwa kita akan memaknai air ketika kita ke mata air, atau ke sumur-sumur rumah kita dan melihat bahwa mereka telah kering. Lebih lanjut beliau juga menginspirasi peserta dari penglihatan St. Fransiskus Asisi “Perbaikilah rumahku yang rusak” dan berharap agar aksi nyata yang dilakukan hari ini dilakukan terus menerus dan ditularkan ke tempat tinggal, di rumah, di paroki kita masing-masing.

Penanaman pohon di area mata air

Tanggapan dari beberapa peserta antara lain Frater Frandi (Frapala Ritapiret) dan Drian Filemon (Mapala Unipa) sangat berterima kasih atas aksi nyata hari ini karena persoalan air memang persoalan dasar di wilayah paroki Magepanda yang juga merupakan temuan saat sinode di paroki. Lebih lanjut harapan mereka jangan hanya sampai di sini. Aksi ini harus terus dilakukan dan diikuti dengan perawatannya. Hal yang sama juga diharapkan oleh asisten 2, Ibu Konso setelah menyampaikan beberapa hal terkait lingkungan secara umum dan air pada khususnya. Beliau mengatakan bahwa terkait masalah air, Magepanda menjadi salah satu penyumbang terbesar Stunting yakni 23,6% anak Magepanda menderita stunting. Bagaimana generasi kita ke depan? Bagaimana Magepanda ke depan kalau investasi SDM Magepanda menyumbang 23,6% stunting? “Ini membutuhkan kerja sama semua pihak agar segala persoalan ini bisa teratasi”, tambahnya.

Sambutan Sekretaris Uskup, RD. Donnie Migo

Ketua Komisi KPKC keuskupan Maumere, Sr. Fransiska Imakulata, SSpS menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Beliau juga mengatakan bahwa sesungguhnya apa yang dibuat hari ini adalah aksi nyata amanat Paus Fransiskus yang tertuang dalam Ensiklik Laudato si’. Hal yang juga menyentil para peserta, yakni apa yang disampaikan oleh Bapak Yuven Wangge yang menjadi koordinator kegiatan Hari Air Sedunia Keuskupan Maumere ini, “Jangan mewariskan air mata untuk anak cucu kita, tetapi mari kita wariskan mata air dengan peduli pada lingkungan termasuk menanam pohon untuk membuat yang tak terlihat menjadi terlihat, sesuai tema besar kegiatan hari ini”.

Pada kegiatan ini juga telah disepakati beberapa komitmen bersama antara komunitas lintas agama dan Pemda Sikka yakni:

  1. Rangkaian kegiatan memperingati hari air sedunia dibuat sejak Desember (awal musim hujan) dan puncaknya pada 22 Maret
  2. Ada PERBUB tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
  3. Program PSE-C dan KPKC baik Keuskupan maupun paroki mewajibkan kegiatan yang berkaitan dengan hari air
  4. Ensiklik Laudato si menjadi dasar gereja untuk melakukan kebijakan terkait hari air
  5. (GGMP: Gerakan Gereja Menanam Pohon) mewajibkan setiap calon penerima sakramen menanam 1 anakan pohon
  6. Memperkuat kelompok peduli lingkungan
  7. Menanam pohon/ tanaman yang bernilai secara ekonomis dan bermanfaat untuk kesehatan agar mendukung upaya penghijauan di mata air
  8. Gerakan kembali ke organik (menggunakan pupuk dan pestisida organik)

//*** Alexander Dino

Anda mungkin juga suka...

Artikel Populer