Maumere, 15 September 2024 – Sebanyak 426 umat menerima Sakramen Krisma dalam perayaan ekaristi di Gereja Stasi Santa Maria Mater Dolorosa Paipenga, Paroki Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo, Kabupaten Sikka. Misa pemberkatan gereja dan penerimaan sakramen tersebut dipimpin oleh Uskup Maumere, Mgr. Edwaldus Martinus Sedu, bersama dengan Sekretaris Jenderal Keuskupan Maumere, RD. Yakobus Donnisius Migo, S.Fil., M.Th., Lic. Th. Com., Pastor Paroki Wolofeo P. John Koten, RD. Raymond Minggu, dan seorang diakon.
Perayaan dimulai dengan pemberkatan air dan pemercikan kepada umat, disusul dengan pemberkatan altar oleh Uskup Mgr. Edwaldus Martinus Sedu. Setelah itu, misa dilanjutkan dengan homili dan upacara penerimaan Sakramen Krisma. Dalam khotbahnya, Uskup Maumere menyoroti pentingnya kesetiaan dan pengorbanan dalam iman kristiani, mengambil teladan dari nabi Yesaya dan Rasul Yakobus.
“Ziarah hidup bangsa Israel penuh dengan perjuangan dan air mata, khususnya ketika mereka menolak kasih Allah dan orang-orang pilihan-Nya. Iman kepada Kristus juga harus dimurnikan, tidak hanya dalam kemapanan kekuasaan, tetapi dalam semangat pengorbanan,” kata Uskup Edwaldus, mengingatkan umat akan pentingnya iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan sekadar kata-kata.
Mengutip surat Rasul Yakobus, beliau menekankan pentingnya kesaksian iman yang benar: “Apakah gunanya kalau seseorang mengatakan bahwa ia beriman, tetapi ia tidak mempunyai perbuatan? Iman yang benar harus berbuah kasih, ditunjukkan melalui hidup nyata yang penuh dengan pengorbanan.”
Selain itu, Bapa Uskup juga mengapresiasi pembangunan Gereja Stasi Santa Maria Mater Dolorosa yang dianggap sebagai wujud nyata dari kerja keras dan komitmen umat dalam perjalanan iman mereka. “Kita tidak membangun gereja ini hanya dengan kemampuan kita, tetapi karena kita menaruh iman kita kepada Yesus Kristus. Gereja ini adalah simbol dari persaudaraan dan kesatuan umat,” tambahnya.
Dalam pesan penutupnya, Uskup Edwaldus menyampaikan dua hal penting untuk direnungkan oleh umat dan para penerima Sakramen Krisma:
1. Menjadi gereja yang hidup dan penuh kasih: Iman harus bertumbuh dan berbuah dalam kasih, terutama di tengah dunia yang semakin kompetitif. Gereja sebagai simbol persatuan harus menjadi tempat di mana kasih dan doa terus berkembang.
2. Menjadi umat yang mengampuni dan menciptakan ruang bagi pertumbuhan komitmen pastoral yang menyelamatkan: Gereja harus menjadi tempat rekonsiliasi, dengan umat yang memperjuangkan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera dalam masyarakat.
Setelah homili, acara dilanjutkan dengan pembaharuan janji baptis dan penumpangan tangan oleh Uskup sebagai tanda pencurahan Roh Kudus. Masing-masing penerima Sakramen Krisma diurapi dengan Minyak Krisma, menandai perayaan sakral tersebut. Perayaan ekaristi diakhiri dengan syukuran dan ramah tamah bersama umat di halaman gereja yang baru diberkati.